PELATIHAN MENULIS DAN MEMBACA GEGURITAN SEBAGAI BENTUK APRESIASI TERHADAP KEBUDAYAAN JAWA

Authors

  • Nurul Baiti Rohmah IAIN Tulungagung

Keywords:

Menulis Geguritan, Membaca Geguritan, Budaya Jawa

Abstract

Gaya hidup lama seperti hiburan, model berkesenian, dan aktivitas keseharian mulai tidak diminati masyarakat khususnya anak muda. Misalnya, seni tari klasik terganti dengan break dance, budaya buku terganti dengan e-book, macapat, geguritan, terganti dengan stand up commedy, dan lain-lain. Fenomena ini merupakan celah untuk membangkitkan budaya lama yang dulu pernah menjadi teman keseharian dalam masyarakat. Geguritan tentunya menjadi budaya lama yang paling cocok untuk dibangkitkan kembali, atau bisa jadi direkonstruksi. Pelatihan menulis dan membaca geguritan ini menggunakan metode curah gagasan (brainstorming) dengan tujuan mengidentifikasi pengetahuan awal yang dimiliki peserta dan metode penyajian materi dengan tujuan memberikan materi tentang proses menulis dan membaca geguritan. Faktor pendukung pelatihan ini yaitu pelaku geguritan dapat memilih youtube, instagram, whatsapp, facebook sebagai media diseminasinya. Faktor penghambat yaitu minat dari generasi muda. Tidak mudah untuk menarik minat dari generasi muda untuk ikut serta dalam pelestarian budaya terutama geguritan. Adanya pola pikir bahwa geguritan merupakan budaya lama yang tidak kekinian membuat rendahnya minat belajar geguritan generasi muda.

References

Doyin, M. (2010). Mengajarkan Baca Puisi. Semarang: Bandungan Institute.

Gani, E. (2014). Kiat Pembacaan Puisi: Teori dan Terapan. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Waluyo, H. J. (2010). Teori dan Apresiasi Puisi. Surabaya: Erlangga.

Downloads

Published

2021-03-27

How to Cite

Baiti Rohmah, N. . (2021). PELATIHAN MENULIS DAN MEMBACA GEGURITAN SEBAGAI BENTUK APRESIASI TERHADAP KEBUDAYAAN JAWA. Prosiding Penelitian Pendidikan Dan Pengabdian 2021, 1(1), 777–781. Retrieved from http://prosiding.rcipublisher.org/index.php/prosiding/article/view/222